Oleh :
Ustadz Abdul Qodir Abu Fa'izah, Lc.
-hafizhahullah-
Ustadz Abdul Qodir Abu Fa'izah, Lc.
-hafizhahullah-
Allah melengkapi manusia dengan mata sebagai alat untuk melihat. Ia laksana pelita, pengawas dan penerang bagi tubuh.
Allah melukiskan rahasia yang maha menakjubkan pada anggota tubuh yang kecil ini, yang dapat merekam jagad raya yang amat luas.
Jika kita merenungi ciptaan Allah yang satu ini, maka kita akan malu untuk tidak bersyukur kepada Penciptanya.
Perhatikanlah bentuk kedua mata kita, niscaya kita akan mendapati bentuknya yang sangat indah, lekuk dan ukurannya sangat serasi.
Kemudian Allah menghiasinya dengan pelupuk mata sebagai tutupnya, tirai dan pelindungnya sekaligus sebagai hiasan.
Kedua pelupuk mata itu melindungi bola mata dari gangguan, kotoran dan debu, serta melindunginya dari udara dingin dan panas yang menyengat.
Lalu Allah menanam bulu mata di sisi-sisi pelupuk mata sebagai hiasan dan keindahan serta manfaat yang lainnya. Maha Suci Allah Sebaik-baik pencipta.
Sayang kebanyakan manusia tidak memperhatikan nikmat yang besar ini. Seharusnya ia manfaatkan untuk mencari keridhaan Allah sebagai bentuk kesyukurannya. Justru ia gunakan untuk bermaksiat dan durhaka kepada-Nya.
Jika kita mau jujur, kita akan mengakui bahwa dosa mata kita sangat jauh lebih banyak daripada ketaatannya kepada Allah.
Marilah kita bertanya kepada hati kita masing-masing, “Apakah mata kita pernah menangis ketika mengingat Allah? Apakah mata kita pernah menangis ketika membaca Al-Qur’an? Apakah kita pernah menangis ketika mengingat dosa-dosa kita? Ataukah malah kita tersenyum bangga dan tertawa ketika mengingatnya? Apakah kita pernah menangis ketika mengingat pemutus kenikmatan(kematian)? Apakah kita pernah menangis mengingat prahara di hari kiamat serta surga dan neraka?
Sulit untuk mendapat jawaban “Ya” dari pertanyaan-pertanyaan di atas pada diri kaum muslimin pada hari ini.
Mereka jauh lebih mudah menangis ketika nonton film India dan sinetron daripada mengingat Allah.
Hatinya lebih mudah terharu dan air matanya tak terbendung lagi ketika membaca novel dibanding membaca Al-Qur’an. Bahkan sering kita melihat orang yang menertawakan Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai bahan lelucon.
Padahal Allah –Azza Wa Jalla- telah mengingatkan,
{أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ (59) وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ (60) } [النجم: 59 - 61]
“Maka Apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan (Al Qur’an) ini? dan kamu menertawakan dan tidak menangis?” (QS. An-Najm: 59-60)
Sungguh dosa-dosa telah membuat hati kita terlalu keras membatu, bahkan lebih keras lagi sehingga mata kita sulit untuk meneteskan airnya tatkala mengingat Allah.
Andaikan kita memahami dan mengetahui apa yang Allah sembunyikan dari mata kita, maka kita akan lebih banyak menangis daripada tertawa.
Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah berkhutbah yang membuat hati para sahabat bergetar dan takut sehingga air mata mereka bercucuran.
Nabi - Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا قَالَ فَغَطَّى أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُجُوهَهُمْ لَهُمْ خَنِينٌ
"Andaikata kalian mengetahui apa yang saya ketahui, niscaya kalian akan tertawa sedikit dan menangis yang banyak". Anas berkata, "Kemudian para sahabat Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun menutupi wajah mereka dan menangis terisak-isak." (Muttafaq 'alaih)
Al-Imam Al-Munawiy -rahimahullah- berkata,
“Ini merupakan anjuran dan dorongan untuk menangis dan meninggalkan banyak tertawa. Karena, menangis adalah buah kehidupan hati”. [Lihat Faidhul Qodir(5/403)]
Pembaca yang budiman, menangis karena Allah merupakan amalan yang sangat besar balasannya di sisi Allah –Azza Wa Jalla-.
Dia akan menjadi jaminan perlindungan dari api neraka yang sangat panas sebagaimana sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-,
لَا يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ حَتَّى يَعُودَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ وَلَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ
"Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah sehingga air susu itu dapat kembali ke teteknya - menunjukkan suatu kemustahilan-. Tidak akan berkumpul debu fisabilillah itu dengan asap neraka Jahanam."[HR At-Tirmidziy (no. 1633 & 2311) dan An-Nasa’iy (no. 3108). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ (no. 7778)]
Selain itu, menangis karena takut kepada Allah akan menyebabkan seseorang mendapatkan naungan Allah, di saat tidak ada naungan selain naungan-Nya, ketika di padang Mahsyar.
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: (فذكر منهم) وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya, pada hari tak ada naungan, kecuali naungan-Nya (lalu beliau menyebutkan diantaranya):…Seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendiri, lalu air matanya pun bercucuran”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Al-Adzan (660) dan Muslim dalamKitab Az-Zakaah (2377)]
Al-Hafizh Ibnu Rajab Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata, “Ini adalah orang orang yang takut kepada Allah dalam hatinya dan merasa dipantau oleh Allah saat ia sendiri. Amalan yang paling afdhol adalah takut kepada Allah dalam keadaan tersembunyi dan tampak. Takut kepada Allah dalam keadaan tersembunyi hanyalah muncul dari kekuatan iman dan usaha mengekang hawa nafsu. Karena hawa nafsu selalu mengajak kepada maksiat di saat sendiri”. [Lihat Fathul Bari (5/32)]
Bahkan menangis karena Allah merupakan salah satu amalan yang di cintai Allah, sebagaimana sabda Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam-,
لَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ وَأَثَرَيْنِ قَطْرَةٌ مِنْ دُمُوعٍ فِي خَشْيَةِ اللَّهِ وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهَرَاقُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَمَّا الْأَثَرَانِ فَأَثَرٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَثَرٌ فِي فَرِيضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ
"Tiada sesuatupun yang lebih dicintai oleh Allah Ta'ala daripada dua tetesan dan dua bekas. Dua tetesan itu ialah tetesan airmata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang dialirkan di jalan Allah. Adapun dua bekas yaitu bekas luka fi-sabilillah dan bekas dalam mengerjakan kefardhuan diantara beberapa kefardhuan Allah Ta'ala (semacam bekas sujud dan lain-lain)". [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (no. 1669). Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (3837)]
Kelembutan hati orang beriman dan takutnya kepada Allah membuat mata mereka mudah meneteskan air mata ketika mendengarkan ancaman-ancaman Allah.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
{وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولًا (108) وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا (109)} [الإسراء: 108، 109]
“Dan mereka berkata: "Maha suci Tuhan kami, Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'”.(QS. Al-Israa’: 208-209)
Air mata mereka bercucuran ketika membaca dan menghayati isi Al-Qur’an.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda kepada sahabat Ibnu Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu-,
اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ نَعَمْ فَقَرَأْتُ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى أَتَيْتُ إِلَى هَذِهِ الْآيَةِ { فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا } قَالَ حَسْبُكَ الْآنَ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
"Bacakanlah al-Quran untukku." Saya berkata: "Ya Rasulullah, apakah saya akan membacakan al-Quran itu, sedangkan ia diturunkan kepadamu?" Beliau bersabda: "Saya senang kalau mendengarnya dari orang lain." Saya lalu membacakan untuknya surah an-Nisa', sehingga sampailah saya pada ayat- (yang artinya): "Bagaimanakah ketika Kami datangkan kepada setiap ummat seorang saksi dan engkau Kami jadikan saksi atas ummat ini?" – ((QS. An-Nisa':41). Setelah itu Rasulullah lalu bersabda: "Sudah cukuplah bacaanmu sekarang." Saya menoleh kepada beliau, tiba-tiba kedua mata beliau itu meleleh airmatanya." [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Fadho’il Al-Qur’an (no. 5050) dan Muslim dalam Kitab Sholah Al-Musaafirin(no. 1864]
Bahkan di dalam shalat Rasulullah, beliau terkadang tidak mampu untuk menahan deraian air matanya.
Abdullah bin Asy-Syikhkhir -radhiyallahu anhu- berkata,
أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُصَلِّي وَفِي صَدْرِهِ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الرَّحَى مِنْ الْبُكَاءِ
"Saya mendatangi Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- dan beliau sedang shalat dan dari dadanya itu terdengar suara bagaikan mendidihnya kuali karena beliau sedang menangis."[HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 904) dan An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (no. 1358). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalamTakhrij Al-Misykah (no. 1000)]
Tangisan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- lahir dari pengenalan terhadap Tuhannya dengan baik dan pemahaman yang mendalam terhadap Al-Qur’an. Oleh karenanya, jika seseorang menghayati isi kandungan Al-Qur’an dengan baik dan mengetahui pentingnya kedudukan Al-Qur’an dalam hidup ini, niscaya hatinya akan menjadi lembut, jiwanya menjadi lapang dan matanya akan mudah meneteskan airnya karena takutnya ia kepada Allah dan hari akhirat.
Kebiasaan ini juga terdapat pada diri para sahabatnya. Sahabat Abu Musa Al-Asy’ariy -radhiyallahu anhu- berkata,
مَرِضَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاشْتَدَّ مَرَضُهُ فَقَالَ مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ قَالَتْ عَائِشَةُ إِنَّهُ رَجُلٌ رَقِيقٌ إِذَا قَامَ مَقَامَكَ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ قَالَ مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ فَعَادَتْ فَقَالَ مُرِي أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ فَإِنَّكُنَّ صَوَاحِبُ يُوسُفَ فَأَتَاهُ الرَّسُولُ فَصَلَّى بِالنَّاسِ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah sakit dan sakitnya parah. Beliau bersabda, “Perintahkan Abu Bakr agar ia mengimami manusia”. A’isyah berkata, “Dia (Abu Bakar) itu orang yang lembut hatinya (yakni, mudah menangis). Bila ia berdiri pada posisimu (sebagai imam), maka ia tak akan mampu mengimami manusia”. Beliau bersabda, “Perintahkan Abu Bakr agar ia mengimami manusia”. Lalu A’isyah mengulangi (ucapannya). Beliau bersabda lagi, “Perintahkan Abu Bakr (wahai A’isyah) agar ia mengimami manusia. Sesungguhnya kalian itu adalah wanita-wanita (yang ada di zaman) Nabi Yusuf”. Rasul akhirnya mendatangi Abu Bakr, lalu Abu Bakr pun memimpin manusia sholat di saat Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- masih hidup”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Al-Adzan (no. 674) dan Muslim dalam Kitab Ash-Sholah (947)]
Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbaliy -rahimahullah- berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa menangis karena takut kepada Allah dalam sholat tidaklah membahayakan sholat, bahkan menghiasinya. Karena, khusyu’ adalah perhiasan sholat”. [Lihat Fathul Bari (5/134) karya Ibnu Rajab]
Tak heran bila para sahabat (semisal, Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan lainnya) mudah menangis dalam sholat, sebab mereka mentadabburi ayat-ayat yang mereka baca sehingga meraih khusyu’.
Demikianlah kondisi para sahabat yang mulia. Jangankan dalam sholat, di luar sholat saja mereka biasa menangis bila memikirkan nasib mereka di akhirat.
Hati mereka bergetar dan takut ketika diingatkan tentang Allah. Merekalah orang-orang yang Allah telah pilihkan untuk menemani rasul-Nya. Allah –Azza Wa Jalla-berfirman,
{أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا (58)} [مريم: 58]
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”.(QS. Maryam: 58)
Merekalah orang-orang yang beruntung, sebab mereka telah takut sebelum berjumpa dengan hari yang penuh kesusahan dan ketakutan terhadap adzab Allah.
Hari-hari di dunia mereka manfaatkan dalam memperbanyak tangisan sebelum datangnya hari yang dipenuhi tangisan darah dalam neraka.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِنَّ أَهْلَ النَّارِ لَيَبْكُوْنَ حَتَّى لَوْ أُجْرِيَتِ السُّفُنُ فِيْ دُمُوْعِهِمْ لَجَرَتْ ، وَإِنَّهُمْ لَيَبْكُوْنَ الدَّمَ يَعْنِيْ مَكَانَ الدَّمْعِ
“Sesungguhnya penduduk neraka benar-benar akan menangis sampai andaikan perahu-perahu dijalankan pada air mata mereka, niscaya akan berjalan. Sesungguhnya mereka akan menangis darah, yakni sebagai ganti air mata”. [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrok ala Ash-Shohihain (4/245). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 1679)]
Semoga Allah menjadikan kita tergolong orang-orang yang senantiasa melelehkanair mata iman karena takut kepada-Nya, bukan orang-orang yang lalai dengan segala hiruk pikuk dunia dan berlumuran dengan segala maksiat sehingga tak ada lagi yang dituai, selain penyesalan dan tangisan yang tiada guna di akhirat.
https://abufaizah75.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar