Adab Safar yang Sering Dilupakan
oleh Banyak Orang
oleh : Ust. Abdul Qodir Abu Fa'izah -hafizhahullah-
Salah satu adab safar yang sering dilupakan oleh para saudara kita, ucapan doa yang disyariatkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan diajarkan kepada para sahabat. Doa yang amat dibutuhkan oleh seorang dalam safar dan kehidupannya, baik di dunia, maupun di akhirat.
Seorang ulama tabi'in, Qoza'ah bin Yahya Al-Bashriy -rahimahullah- menuturkan,
قَالَ لِى ابْنُ عُمَرَ هَلُمَّ أُوَدِّعْكَ كَمَا وَدَّعَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ
"Ibnu Umar pernah berkata kepadaku, "Kemarilah!! Aku akan mengucapkan selamat kepadamu sebagaimana halnya Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah mengucapkan selamat kepadaku,
أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ
"Aku titipkan kepada Allah agama, amanah dan penutup-penutup amalmu ". [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (no. 2600), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok ala Ash-Shohihain(2/97/no. 2476), Ahmad dalam Al-Musnad (2/25/no. 4781) dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo (49/314-316). Dinyatakan shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalamAsh-Shohihah (no. 14)]
Al-Imam Syarofuddin Ath-Thibiy -rahimahullah- berkata,
قوله: ((أستودع الله)) هو طلب حفظ الوديعة، وفيه نوع مشاكلة للتوديع، جعل دينه وأمانته من الودائع؛ لأن السفر يصيب الإنسان فيه المشقة والخوف، فيكون ذلك سبباً لإهمال بعض الدين، فدعا له النبي صلى الله عليه وسلم بالمعونة والتوفيق، ولا يخلو الرجل في سفره ذلك من الاشتغال بما يحتاج فيه إلي الأخذ والإعطاء
والمعاشرة مع الناس، فدعا له بحفظ الأمانة والاجتناب عن الخيانة، ثم إذا انقلب إلي أهله يكون مأمون العاقبة عما يسوؤه في الدين والدنيا". الكاشف عن حقائق السنن - (6 / 1901_1902)
"Sabdanya, "Aku titipkan kepada Allah…", ia merupakan permintaan penjagaan titipan. Di dalamnya terdapat semacam penitipan. Seseorang menjadikan agama dan amanahnya sebagai barang titipan. Karena, safar itu di dalamnya manusia akan tertimpa sesuatu berupa perkara yang memberatkan dan rasa takut, sehingga hal itu menjadi sebab bagi penelantaran sebagian urusan agama. Itulah sebabnya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- mendoakan pertolongan dan taufiq bagi orang yang safar.
Seorang dalam safarnya tak akan lepas dari kesibukan dalam mengerjakan sesuatu yang ia butuhkan berupa mengambil, memberi dan mempergauli manusia. Itulah sebabnya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- mendoakan baginya agar dijaga amanahnya dan dijauhkan dari khianat. Kemudian, bila ia kembali ke keluarganya, maka ia pun aman nasibnya dari sesuatu yang mencoreng dirinya, baik di dunia, maupun di akhirat".[Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (9/284), Faidhul Qodir (5/96) dan Mirqotul Mafaatih (8/326)]
Hadits lain yang mengajarkan kita adab-adab safar, hadits dari Abdullah bin Umar -radhiyallahu anhuma-, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وَدَّعَ رَجُلاً أَخَذَ بِيَدِهِ ، فَلاَ يَدَعُهَا حَتَّى يَكُونَ الرَّجُلُ هُوَ يَدَعُ يَدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَيَقُولُ : أَسْتَوْدِعِ اللَّهَ دِينَكَ وَأَمَانَتَكَ وَآخِرَ عَمَلِكَ.
"Dulu Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bila melepaskan seseorang (ketika hendak safar,- pen.), maka beliau memegang tangannya. Beliau tak melepaskan tangannya sampai orang itulah yang melepaskan tangan Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- seraya berdoa (untuk orang itu),
أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ وَأَمَانَتَكَ وَآخِرَ عَمَلِكَ.
"Aku titipkan kepada Allah agama, amanah dan penutup-penutup amalmu ". [HR. At-Tirmidziy dalam As-Sunan(2442), dan Ibnu Majah dalam As-Sunan (2826). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami' (4795)]
Al-Imam Abul Ulaa Muhammad Ibnu Abdir Rahim Al-Mubarokfuriy -rahimahullah- berkata,
أي فلا يترك يد ذلك الرجل من غاية التواضع ونهاية إظهار المحبة والرحمة" اهـ من تحفة الأحوذي - (9 / 284)
"Maksudnya, beliau tidak melepaskan tangan orang itu karena tingginya sifat tawadhu' beliau dan puncak penampakan rasa cinta dan sayang kepadanya". [LihatSyarah Sunan At-Tirmidziy (9/284)]
Yang dimaksud dengan memegang tangan disini adalah berjabat tangan sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo (49/316) dari Qoza'ah, ia berkata,
كنت عند عبد الله بن عمر فأردت الانصراف فقال مكانك حتى أودعك كما ودعني رسول الله ( صلى الله عليه وسلم ) فأخذ بيدي فصافحني ثم قال أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيْمَ عَمَلِكَ
"Dulu aku di sisi Abdullah bin Umar. Kemudian aku hendak pulang (safar). Beliau berkata, "Tetaplah di tempatmu sampai aku melepaskan kepergianmu sebagaimana dahulu Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- melepaskan kepergianku. Beliau (yakni, Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-) memegang tanganku seraya menjabat tanganku, lalu berdoa,
أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيْمَ عَمَلِكَ
"Aku titipkan kepada Allah agama, amanah dan penutup-penutup amalmu ".
Dahulu Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bukan hanya satu-dua orang yang dilepas kepergiaannya dengan iringan doa yang berkah ini, bahkan beliau jika melepaskan kepergian pasukan, maka beliau memberikan wejangan kepada mereka, lalu mengucapkan doa di atas.
Abdullah Al-Khothmiy -radhiyallahu anhu- berkata,
كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْتَوْدِعَ الْجَيْشَ قَالَ « أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكُمْ وَأَمَانَتَكُمْ وَخَوَاتِيمَ أَعْمَالِكُمْ ».
"Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bila ingin melepaskan kepergian pasukan, maka beliau berdoa,
أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكُمْ وَأَمَانَتَكُمْ وَخَوَاتِيمَ أَعْمَالِكُمْ
"Aku titipkan kepada Allah agama, amanah dan penutup-penutup amal kalian". [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan(2601). Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 2436)]
Doa safar yang diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- kepada para sahabat -radhiyallahu anhum-, juga diajarkan oleh mereka kepada para tabi'in.
Mujahid -rahimahullah- berkata,
خرجت إلى العراق أنا ورجل معي فشيعنا عبد الله بن عمر فلما أراد أن يفارقنا قال : إنه ليس معي شيء أعطيكما ولكن سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : ( إذا استودع الله شيئا حفظه وإني أستودع الله دينكما وأمانتكما وخواتيم عملكما )
"Aku pernah mau keluar ke negeri Iraq bersama seorang lelaki. Abdullah bin Umar pun melepaskan kepergian kami. Tatkala beliau hendak meninggalkan kami, maka beliau berkata, "Sesungguhnya tak ada sesuatu bersamaku yang bisa aku berikan kepada kalian berdua. Akan tetapi, aku pernah mendengarkan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
"Bila Allah dititipi sesuatu, maka ia akan menjaganya. Nah, sungguh aku menitipkan kepada Allah agama, amanah dan penutup-penutup amal kalian berdua". [HR. Ibnu Hibban dalam Ash-Shohih (13571) dan Ath-Thobroniy dalam Al-Mu'jam Al-Kabir (17571), An-Nasa'iy dalam As-Sunan Al-Kubro (10343), Al-Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubro(18358). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Arna'uth dalamTakhrij Shohih Ibni Hibban (12/427)]
1. Disyariatkan mengucapkan doa kepada seorang musafir saat melepaskan kepergiannya, yaitu doa yang diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-,
أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيْمَ عَمَلِكَ
2. Berjabat tangan di saat bertemu dan berpisah adalah perkara yang disyariatkan.
Disana banyak sekali dalil yang menunjukkan disunnahkannya jabat tangan di saat bertemu dan berpisah.
Jabat tangan telah masyhur di kalangan para sahabat sejak zaman kenabian. Kebiasaan ini pertama kali digalakkan oleh kaum muslimin dari Yaman, lalu di-taqrir disetujui oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Qotadah -rahimahullah- berkata kepada Anas -radhiyallahu anhu-,
أَكَانَتِ الْمُصَافَحَةُ فِي أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ
"Apakah berjabat tangan ada di kalangan para sahabat Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-?" Beliau menjawab, "Ya". [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (6263), At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (2729)]
Semua ini mereka lakukan karena di dalamnya terdapat keutamaan yang besar. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
"Tak ada dua orang muslim yang bertemu, lalu berjabatan tangan, kecuali keduanya akan diampuni sebelum keduanya berpisah". [HR. Abu Dawud (5212) dan Ibnu Majah (3703). Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy -rahimahullah- dalam dalam Ash-Shohihah (525)]
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- menggambarkan keutamaan berjabat tangan yang menjadi sebab bergugurannya dosa-dosa, dengan sabdanya,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا لَقِيَ الْمُؤْمِنَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَأَخَذَ بِيَدِهِ فَصَافَحَهُ تَنَاثَرَتْ خَطَايَاهُمَا كَمَا يَتَنَاثَرُ وَرَقُ الشَّجَرِ
"Sesungguhnya seorang mukmin bila menjumpai mukmin lain seraya memberikan salam kepadanya dan memegang tangannya, lalu menjabatinya, maka berguguranlah dosa-dosanya sebagaimana bergugurannya dedaunan pohon-pohon itu". [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Awsath (245) Al-Baihaqiy dalam Syu'abul Iman (8953), dan Ad-Dailamiy dalam Musnad Al-Firdaus (714). Hadits ini dinilai shohih oleh shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (526) & (2692)]
3. Dianjurkan bagi seseorang untuk memberikan hadiah dan oleh-oleh kepada saudaranya, bila saudaranya kembali dan bersafar menuju kampung halamannya. Jika tidak ada yang bisa diberi, maka jangan lupa mendoakannya dengan doa safar tersebut.
4. Jabat tangan menunjukkan kedekatan dan solidaritas kaum muslimin. Itulah sebabnya Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- menganjurkan hal seperti ini, bahkan menjanjikan ampunan dosa bagi orang yang melakukannya. Namun disini perlu kami ingatkan bahwa jabat tangan jangan dikhususkan usai sholat,sebab itu bid'ah!!
https://abufaizah75.blogspot.co.id/2016/12/adab-safar-yang-sering-dilupakan-oleh.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar