Sabtu, 02 Desember 2017

Peringatan Keras tentang Bahaya Dunia Perdukunan

Peringatan Keras tentang Bahaya Dunia Perdukunan
((تَنْبِيْهُ الْجَهَلَةِ مِنْ أَخْطَارِ الْكَهَنَةِ))

Oleh :
Ust. Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc.
hafizhahullah-

Al-Kahanah ‘Perdukunan’ telah dikenal oleh umat manusia sejak dahulu kala.

Di zaman para nabi dan rasul, mereka telah ada bahkan mereka menjadi musuh dakwah tauhid yang dilancarkan oleh para nabi dan rasul.

Sebab, mereka (para dukun alias paranormal), biasanya adalah orang-orang yang bekerjasama dengan para setan dari kalangan jin.

Sedang para nabi dan rasul memberantas kesyirikan, termasuk diantaranya perdukunan yang menggunakan jin dan mengaku tahu perkara gaib. Di dalamnya, mereka melakukan ke-syirik-an (menduakan Allah dengan makhluk-Nya) dalam ibadah dan ketaatan.

Dunia perdukunan terus berkembang pesat, seiring dengan jauhnya manusia dari agama Islam yang menyerukan tauhid dan membasmi syirik.

Perkembangan dunia perdukunan di zaman ini jauh lebih menghebohkan, karena para dukun pandai mengelabui manusia dengan menggunakan nama-nama keren lagi memikat, seperti mereka biasa menyebut diri dengan"orang pintar""paranormal""tabib yang menyembuhkan semua penyakit".

Lebih ganas lagi, mereka sekarang mulai menggunakan gelar "kiai", lalu membalut kepala mereka dengan serban sambil menggunakan pakaian koko atau gamis panjang. Semua ini tentu akan menipu kaum awam yang memiliki pemahaman agama yang dangkal.

Dahulu, orang-orang menganggap dukun dan perdukunan adalah sebuah perkara yang tabu.


Kini, mereka menjadi selebriti dan pekerjaan mereka menjadi "alternatif akhir" bagi kaum awam dalam dunia pengobatan.

Kesan positif juga semakin tersemat pada mereka, karena merebaknya praktik ruqyah yang dilakoni oleh para dukun dan selain dukun, sehingga masyarakat tidak bisa membedakan antara dukun dan selainnya.

Walaupun ruqyah adalah perkara yang disyariatkan dalam agama. Tapi, kini banyak dukun yang berkedokruqyah.

Usut punya usut, ternyata si dukun ini melakukan praktik perdukunan yang melanggar agama dalam ruqyah-nya, misalnya menggunakan jampi yang tidak dimengerti maknanya, membalik ayat-ayat Al-Qur'an, menulis ayat atau dzikir dengan menggunakan najis dan sebagainya.

Para pembaca yang budiman, mungkin ada diantara kita yang bertanya, "Apa dan siapa sih dukun itu?".

Menjawab hal ini, Al-Imam Ibnul Atsir Al-Jazariy -rahimahullah- berkata,
"الكاهِنُ: الَّذِي يَتَعاطَى الخَبَر عَنِ الكائِنات فِي مُسْتَقْبَل الزَّمَانِ، ويَدَّعي مَعْرِفَةَ الأسْرار. وَقَدْ كَانَ فِي الْعَرَبِ كَهَنة، كَشِقّ، وسَطِيح، وغيرِهما، فَمِنْهُمْ مَنْ كَانَ يَزْعمُ أَنَّ لَهُ تابِعاً مِنَ الجِنّ وَرَئِيًّا يُلْقِي إِلَيْهِ الْأَخْبَارَ،
وَمِنْهُمْ من__كَانَ يَزْعمُ أَنَّهُ يَعْرِف الْأُمُورَ بمُقَدِّمات أسْباب يَسْتَدلُّ بِهَا عَلَى مَواقِعها مِنْ كَلَامِ مَن يَسأله أَوْ فِعْلِه أَوْ حَالِهِ، وَهَذَا يَخُصُّونه بِاسْمِ العَرَاف، كَالَّذِي يَدَّعِي مَعْرِفَةَ الشَّيْءِ المَسْروق، وَمَكَانِ الضَّالَّة وَنَحْوِهِمَا." اهـ من النهاية في غريب الحديث والأثر (4/ 214-215)
"Dukun adalah orang yang melakukan pemberitaan tentang perkara-perkara yang akan terjadi di masa akan datang dan mengaku tahu perkara yang rahasia (gaib). Sungguh dahulu di kalangan bangsa Arab, para dukun telah ada, semisal Syiqq, Sathih dan selainnya. Diantara mereka ada yang mengaku punya pengikut dan khadam (pelayan) dari kalangan jin yang akan menyampaikan berita kepadanya. Diantara para dukun ada yang mengaku bahwa ia akan mengetahui perkara-perkara dengan sebab-sebab terdahulu yang ia jadikan sebagai petunjuk tentang tempat-tempatnya dari ucapan orang yang ia tanyai, atau dari perbuatannya dan kodisinya. Orang yang seperti ini, manusia khususkan baginya dengan sebutan "arrof" (peramal), seperti orang yang mengaku tahu tentang barang yang dicuri, barang hilang dan sejenisnya". [Lihat An-Nihayah fi Ghorib Al-Hadits(4/214-215)]

Dukun dalam perjalanannya –sebagaimana yang kami telah utarakan- mengalami perkembangan.

Kini, banyak diantara mereka juga merambah ke dunia medis dengan berkedok istilah "pengobatan alternatif".

Karenanya, jangan sampai kita cepat terpengaruh dengan istilah itu, lalu lari ke dukun.

Tapi perhatikanlah hakikat praktik dan perbuatan mereka. Banyak diantara mereka menggunakan mantra-mantra kesyirikan atau jampi-jampi yang tak bisa dimengerti, serta bekerjasama dengan jin. Sebab mereka adalah kaum yang memiliki jiwa yang busuk dan buruk.

Penampilan lain dari dunia perdukunan, sesuatu yang kita kenal pada hari ini dengan "astrologi" (ilmu ramalan bintang) alias “zodiak”.

Ilmu perdukunan yang satu ini, juga banyak menyesatkan manusia, sebab ia mulai menggunakan sarana dan teknologi canggih dan merambah ke dunia maya (internet) dan dunia komunikasi, seperti telepon, HP, surat kabar, majalah dan sebagainya.

Ketahuilah bahwa ilmu ramalan bintang itu adalah ilmu sesat!! Ilmu yang diingkari dalam syariat, sebab tidak makhluk yang meramalkan sesuatu yang akan terjadi di hari esok berupa kejadian dan peristiwa, atau penyakit dan musibah.

Al-Imam Abu Sulaiman Al-Khoththobiy -rahimahullah- berkata,
"الكهان فيما علم بشهادة الامتحان: قوم لهم أذهان حادة ونفوس شريرة، وطبائع نارية، فهم يفزعون إلى الجن في أمورهم، ويستفتونهم في الحوادث، فيلقون إليهم الكلمات." اهـ من تيسير العزيز الحميد في شرح كتاب التوحيد الذى هو حق الله على العبيد (ص: 347)
"Dukun –menurut sesuatu yang telah dimaklumi berdasarkan hasil eksperimen- adalah kaum yang memiliki perasaan yang tajam, jiwa yang buruk dan tabiat yang panas. Mereka selalu kembali kepada jin dalam berbagai urusan mereka, dan meminta saran kepada mereka tentang beberapa peristiwa, lalu para jin pun menyampaikan ucapan-ucapan (wangsit) kepada mereka". [Lihat Taisir Al-Aziz (hal. 347)]

Ketahuilah bahwa para jin tak akan mau menjadi pelayan manusia dalam segala hajatnya, melainkan jin akan meminta tumbal dan ganjarannya.

Lantaran itu, para dukun pun akhirnya siap diperbudak oleh para jin, tanpa sadar, sehingga apapun yang diminta oleh para jin, walaupun itu adalah perkara yang melanggar syariat, maka para dukun siap memenuhinya, demi mendapatkan sesuatu yang ia  inginkan dari para setan jin itu, berupa sihir dan berita-berita gaib yang sudah bercampur dengan kebatilan dan kedustaan.

Akhirnya, para dukun pun ikut dusta, sebagaimana para jin yang mereka kultuskan berdusta dalam mengabarkan perkara-perkara gaib yang terkait kejadian masa lalu dan masa mendatang.

Para jin yang buruk lagi pendusta, tidak akan turun, melainkan kepada manusia yang buruk lagi pendusta (seperti : dukun, paranormal dan peramal), sebagaimana halnya malaikat yang baik lagi jujur tidak akan turun, melainkan kepada para nabi dan rasul yang baik lagi jujur dalam ucapan dan perbuatannya.

Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
{هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ (221) تَنَزَّلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ (222) يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ (223)} [الشعراء: 221 - 223]
"Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan- syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta". (QS. Asy-Syu'araa' : 221-223)

Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata,
"وَإِنَّمَا يَنْزِلُونَ عَلَى مَنْ يُشَاكِلُهُمْ وَيُشَابِهُهُمْ مِنَ الْكُهَّانِ الْكَذَبَةِ." اهـ من تفسير ابن كثير ت سلامة (6/ 172)
"Para setan hanyalah turun kepada orang-orang yang semisal dan serupa dengannya dari kalangan para dukun yang pendusta". [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim(6/172), cet. Dar Thoibah]

Oleh karena itu, kita amat heran dengan sebagian orang yang berseliweran ke  tempat-tempat praktik para dukun. Setiap ada masalah, pasti ke dukun. Setiap mau kenaikan pangkat, pergi ke dukun. Setiap sakit, pergi ke dukun.

Bahkan ada sebagian orang, bila mau mencalonkan diri sebagai pejabat, maka ia pasti datang ke dukun demi meminta berkah, restu dan doa. Subhanallah, alangkah jahilnya mereka tentang Islam! Apakah para dukun itu adalah tuhan yang mengatur segala urusan. Apakah para dukun adalah tuhan yang mampu melakukan segala sesuatu.

Andaikan para dukun itu mampu melakukan segala sesuatu dan mampu mengatur alam semesta ini, maka pasti mereka akan mengatur nasib mereka sendiri, agar selanjutnya tidak lagi mengharapkan dan merogoh harta benda dan uang-uang kalian.

Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda dalam mengancam orang yang mendatangi para dukun dan peramal,
« مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً»
"Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu ia bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka sholatnya tak akan diterima selama 40 hari". [HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 2230)]

Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy -rahimahullah- berkata,
"أَمَّا الْعَرَّافُ فَقَدْ سَبَقَ بَيَانُهُ وَأَنَّهُ مِنْ جُمْلَةِ أَنْوَاعِ الْكُهَّانِ." اهـ من شرح النووي على مسلم (14/ 227)
"Adapun arrof (peramal), sungguh telah lewat penjelasannya, dan bahwa ia adalah termasuk golongan para dukun". [Lihat Al- Minhaj Syarh Shohih Muslim(14/227)]

Bahkan Rasulullah -Shollallahu 'alaihi wasallam-bersabda,
مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Barang siapa yang mendatangi dukun atau arraf (peramal) lalu membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad". [HR. Ahmad dalam Musnad-nya (2/429/no.9532), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok(1/8/no.15), Al Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubro(7/198/no.16274), dan di-shahih-kan oleh Syaikh Al Albaniy dalam Shohih At-Targhib (3047)]

Maksudnya, ia telah mengingkari ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad -Shollallahu 'alaihi wasallam- berikut ini,
{قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ} [النمل: 65]
"Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan".(QS. An-Naml: 65)

Para pembaca yang budiman, dua hadits di atas menerangkan kepada kita bahwa mendatangi dukun adalah perbuatan melanggar agama!

Bagaimana tidak, sedang para dukun itu pada hakikatnya adalah wali-wali dan perantara setan yang akan menyesatkan manusia dari jalan yang lurus.

Al-Allamah Syaikh Abdul Aziz bin Baaz -rahimahullah- berkata,
"فلا يجوز للمريض أن يذهب إلى الكهنة الذين يدَّعون معرفة المغيبات ليعرف منهم مرضه، كما لا يجوز له أن يصدقهم فيما يخبرونه به فإنهم يتكلمون رجماً بالغيب، أو يستحضرون الجن ليستعينوا بهم__على ما يريدون، هؤلاء حكمهم الكفر والضلال إذا ادعوا علم الغيب." اهـ من حكم السحر والكهانة وما يتعلق بها (ص: 4_5) للشيخ عبد الزيز بن باز
"Tidak boleh bagi orang yang sakit untuk mendatangi para dukun yang mengaku tahu perkara gaib agar si sakit dapat mengetahui penyakitnya dari mereka, sebagaimana halnya tak boleh baginya membenarkan para dukun dalam sesuatu yang mereka kabarkan. Karena mereka itu berbicara dengan menerka perkara gaib atau mereka menghadirkan para jin demi meminta pertolongan atas perkara yang mereka hendaki. Para dukun ini, urusan mereka adalah kekafiran dan kesesatan. Sebab mereka mengaku tahu perkara-perkara gaib". [Lihat Hukm As-Sihr wal Kahanah (hal. 4-5) oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baaz]

Para dukun dalam menjalankan aksinya, mereka bekerjasama dengan setan dari kalangan jin dalam mengetahui perkara gaib.

Ada juga yang tidak bekerjasama dengan jin, tapi ia dasari semua ramalannya dengan prasangka dan perasaan saja, sehingga terkadang ia benar, dan seringnya salah! Golongan ini adalah pendusta besar yang berusaha menandingi Allah Yang mengetahui perkara gaib.

Mengaku tahu perkara gaib merupakan kekafiran, sebab tidak ada yang mengetahuinya, selain Allah -Azza wa Jalla-, berdasarkan ayat di atas dan lainnya.

Lantaran itu, para ulama mengafirkan para dukun dari sisi ini, walaupun ia tidak bekerjasama dengan jin.

Nah, bagaimana lagi bila ia menjalin hubungan dengan jin dan diperbudak oleh jin serta takut kepada jin. Jelas  ini adalah kekafiran!

Adapun orang yang mendatangi dukun, maka para ulama juga telah merinci perkara ini.

Bila ia datang bertanya, tanpa membenarkannya, maka perbuatannya adalah dosa besar. Tapi bila ia membenarkan ucapan dukun, maka ia kafir.

Syaikh Sulaiman bin Abdillah Alusy Syaikh An-Najdiy -rahimahullah- berkata saat mengomentari hadits di atas,
"وظاهر الحديث أنه يكفر متى اعتقد صدقه بأي وجه كان، لاعتقاده أنه يعلم الغيب، وسواء كان ذلك من قِبَل الشياطين، أو من قِبَل الإلهام لا سيما وغالب الكهان في وقت النبوة إنما كانوا يأخذون عن الشياطين." اهـ من تيسير العزيز الحميد في شرح كتاب التوحيد الذى هو حق الله على العبيد (ص: 338)
"Lahiriah hadits ini menerangkan bahwa ia (orang yang datang ke dukun) adalah kafir, bila ia meyakini kebenaran dukun dengan segala bentuknya. Sebab, ia meyakini bahwa si dukun mengetahui perkara gaib. Sama saja apakah hal itu (yakni, pengakuan dukun) dari arah setan atau dari sisi ilham. Terlebih lagi, mayoritas dukun di zaman kenabian, mengambil (keterangan) dari para setan". [Lihat Taisir Al-Aziz Al-Hamid (hal. 338), tahqiqMuhammad Aiman As-Salafiy, cet. Dar Alam Al-Kutub, 1419 H]

Perdukunan bukanlah jalan orang-orang sholih, bahkan ia adalah jalan dan metode yang digunakan oleh para wali setan dan penyembahnya.

Karenanya, Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-berlepas diri dari orang yang melakukan perdukunan dalam sabdanya,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ وَلا تُطُيِّرَ لَهُ، وَلا تَكَهَّنَ وَلا تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ
"Bukanlah termasuk dari golongan kami orang yang ber-tathoyyur (merasa sial dengan suatu hari atau tempat) atau di-tathoyyur-kan, orang yang melakukan perdukunan atau didukunkan dan orang yang menyihir atau disihirkan". [HR. Al-Bazzar dalam Al-Bahr Az-Zakhkhor (no. 3578) dan Ath-Thobroniy dalam Al-Mu'jam Al-Kabir (no. 355). Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Ishlah Al-Masajid (hal. 116)]

Jadi, hendaknya seorang mukmin waspada dengan praktik perdukunan yang merebak di berbagai tempat dan media.

Sebab, ia adalah perkara yang amat diingkari oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para sahabatnya -radhiyallahu anhum-.


Dia adalah jalan yang mendatangkan kerusakan dan kesesatan bagi manusia.

https://abufaizah75.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar