Senin, 29 Januari 2018

Air Mata Iman

Oleh : 
Ustadz Abdul Qodir Abu Fa'izah, Lc.
-hafizhahullah-

Allah melengkapi manusia dengan mata sebagai alat untuk melihat. Ia laksana pelita, pengawas dan penerang bagi tubuh. 

Allah melukiskan rahasia yang maha menakjubkan  pada anggota tubuh yang kecil ini, yang dapat merekam jagad raya yang amat luas.

Jika kita merenungi ciptaan Allah yang satu ini, maka kita akan malu untuk tidak bersyukur kepada Penciptanya.

Perhatikanlah bentuk kedua mata kita, niscaya kita akan mendapati bentuknya yang sangat indah, lekuk dan ukurannya sangat serasi.

Kemudian Allah menghiasinya dengan pelupuk mata sebagai tutupnya, tirai dan pelindungnya sekaligus  sebagai hiasan.

Kedua pelupuk mata itu melindungi bola mata dari gangguan, kotoran dan debu, serta melindunginya dari udara dingin dan panas yang menyengat.
Lalu Allah menanam bulu mata di sisi-sisi pelupuk mata sebagai hiasan dan keindahan serta  manfaat yang lainnya. Maha Suci  Allah Sebaik-baik pencipta.

Sayang kebanyakan manusia tidak memperhatikan nikmat yang besar ini. Seharusnya ia manfaatkan untuk mencari keridhaan Allah sebagai bentuk kesyukurannya. Justru  ia gunakan untuk bermaksiat dan durhaka kepada-Nya.

Jika kita mau jujur,  kita akan mengakui bahwa dosa mata kita sangat jauh lebih banyak daripada ketaatannya kepada Allah.

Marilah kita bertanya kepada hati kita masing-masing, “Apakah mata kita pernah menangis ketika mengingat Allah?  Apakah mata kita pernah menangis ketika membaca Al-Qur’an? Apakah kita pernah menangis ketika mengingat dosa-dosa kita? Ataukah malah kita tersenyum bangga dan tertawa ketika mengingatnya? Apakah kita pernah menangis ketika mengingat pemutus kenikmatan(kematian)? Apakah kita pernah menangis mengingat prahara di hari kiamat serta surga dan neraka?

Sulit untuk mendapat jawaban “Ya” dari pertanyaan-pertanyaan di atas pada diri kaum  muslimin pada hari ini.

Mereka jauh lebih mudah menangis ketika nonton film India dan sinetron daripada mengingat Allah.
 

Hatinya lebih mudah terharu dan air matanya tak terbendung lagi ketika membaca novel dibanding membaca Al-Qur’an. Bahkan sering kita melihat orang yang menertawakan Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai bahan lelucon.

Padahal Allah –Azza Wa Jalla- telah mengingatkan,
{أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ (59) وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ (60) } [النجم: 59 - 61]
“Maka Apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan (Al Qur’an) ini? dan kamu menertawakan dan tidak menangis?” (QS. An-Najm: 59-60)

Sungguh dosa-dosa telah membuat hati kita terlalu keras membatu, bahkan lebih keras lagi sehingga mata kita sulit untuk meneteskan airnya tatkala mengingat Allah.

Andaikan kita memahami dan mengetahui apa yang Allah sembunyikan dari mata kita, maka kita akan lebih banyak menangis daripada tertawa.

Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah berkhutbah yang membuat hati para sahabat bergetar dan takut sehingga air mata mereka bercucuran.

Nabi - Shallallahu ‘alaihi wa sallam-  bersabda,
لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا قَالَ فَغَطَّى أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُجُوهَهُمْ لَهُمْ خَنِينٌ
"Andaikata kalian mengetahui apa yang saya ketahui, niscaya kalian akan tertawa sedikit dan menangis yang banyak". Anas berkata, "Kemudian para sahabat Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun menutupi wajah mereka dan menangis terisak-isak." (Muttafaq 'alaih)

Al-Imam Al-Munawiy -rahimahullah- berkata,
“Ini merupakan anjuran dan dorongan untuk menangis dan meninggalkan banyak tertawa. Karena, menangis adalah buah kehidupan hati”. [Lihat Faidhul Qodir(5/403)]

Pembaca yang budiman, menangis karena Allah merupakan amalan yang sangat besar balasannya di sisi Allah –Azza Wa Jalla-.

Dia akan menjadi jaminan perlindungan dari api neraka yang sangat panas sebagaimana sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-,
لَا يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ حَتَّى يَعُودَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ وَلَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ
"Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah sehingga air susu itu dapat kembali ke teteknya - menunjukkan suatu kemustahilan-. Tidak akan berkumpul debu fisabilillah itu dengan asap neraka Jahanam."[HR At-Tirmidziy (no. 1633 & 2311) dan An-Nasa’iy (no. 3108). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ (no. 7778)]

Selain itu, menangis karena takut kepada Allah akan menyebabkan seseorang mendapatkan naungan Allah, di saat tidak ada naungan selain naungan-Nya, ketika di padang Mahsyar.

Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,  
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ (فذكر منهم) وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya, pada hari tak ada naungan, kecuali naungan-Nya (lalu beliau menyebutkan diantaranya):…Seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendiri, lalu air matanya pun bercucuran”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Al-Adzan (660) dan Muslim dalamKitab Az-Zakaah (2377)]

Al-Hafizh Ibnu Rajab Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata, “Ini adalah orang orang yang takut kepada Allah dalam hatinya dan merasa dipantau oleh Allah saat ia sendiri. Amalan yang paling afdhol adalah takut kepada Allah dalam keadaan tersembunyi dan tampak. Takut kepada Allah dalam keadaan tersembunyi hanyalah muncul dari kekuatan iman dan usaha mengekang hawa nafsu. Karena hawa nafsu selalu mengajak kepada maksiat di saat sendiri”. [Lihat Fathul Bari (5/32)]

Bahkan menangis karena Allah merupakan salah satu amalan yang di cintai Allah, sebagaimana sabda Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam-,
لَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ وَأَثَرَيْنِ قَطْرَةٌ مِنْ دُمُوعٍ فِي خَشْيَةِ اللَّهِ وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهَرَاقُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَمَّا الْأَثَرَانِ فَأَثَرٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَثَرٌ فِي فَرِيضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ
"Tiada sesuatupun yang lebih dicintai oleh Allah Ta'ala daripada dua tetesan dan dua bekas. Dua tetesan itu ialah tetesan airmata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang dialirkan di jalan Allah. Adapun dua bekas yaitu bekas luka fi-sabilillah dan bekas dalam mengerjakan kefardhuan diantara beberapa kefardhuan Allah Ta'ala (semacam bekas sujud dan lain-lain)". [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (no. 1669). Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (3837)]

Kelembutan hati orang beriman dan takutnya kepada Allah membuat mata mereka mudah meneteskan air mata ketika mendengarkan ancaman-ancaman Allah.

Allah -Azza wa Jalla-  berfirman,
{وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولًا (108) وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا (109)} [الإسراء: 108، 109]
“Dan mereka berkata: "Maha suci Tuhan kami, Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'”.(QS. Al-Israa’: 208-209)

Air mata mereka bercucuran ketika membaca dan menghayati isi Al-Qur’an.

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda kepada sahabat Ibnu Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu-,
اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ نَعَمْ فَقَرَأْتُ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى أَتَيْتُ إِلَى هَذِهِ الْآيَةِ { فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا } قَالَ حَسْبُكَ الْآنَ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
"Bacakanlah al-Quran untukku." Saya berkata: "Ya Rasulullah, apakah saya akan membacakan al-Quran itu, sedangkan ia diturunkan kepadamu?" Beliau bersabda: "Saya senang kalau mendengarnya dari orang lain." Saya lalu membacakan untuknya surah an-Nisa', sehingga sampailah saya pada ayat- (yang artinya): "Bagaimanakah ketika Kami datangkan kepada setiap ummat seorang saksi dan engkau Kami jadikan saksi atas ummat ini?" – ((QS. An-Nisa':41). Setelah itu Rasulullah lalu bersabda: "Sudah cukuplah bacaanmu sekarang." Saya menoleh kepada beliau, tiba-tiba kedua mata beliau itu meleleh airmatanya.[HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Fadho’il Al-Qur’an (no. 5050) dan Muslim dalam Kitab Sholah Al-Musaafirin(no. 1864]

Bahkan di dalam shalat Rasulullah, beliau terkadang tidak mampu untuk menahan deraian air matanya.

Abdullah bin Asy-Syikhkhir -radhiyallahu anhu- berkata,
أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُصَلِّي وَفِي صَدْرِهِ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الرَّحَى مِنْ الْبُكَاءِ
"Saya mendatangi Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- dan beliau sedang shalat dan dari dadanya itu terdengar suara bagaikan mendidihnya kuali karena beliau sedang menangis."[HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 904) dan An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (no. 1358). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalamTakhrij Al-Misykah (no. 1000)]

Tangisan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- lahir dari pengenalan terhadap Tuhannya dengan baik dan pemahaman yang mendalam terhadap Al-Qur’an. Oleh karenanya, jika seseorang menghayati isi kandungan Al-Qur’an dengan baik dan mengetahui pentingnya kedudukan Al-Qur’an dalam hidup ini, niscaya hatinya akan menjadi lembut, jiwanya menjadi lapang dan matanya akan mudah meneteskan airnya karena takutnya ia kepada Allah dan hari akhirat.

Kebiasaan ini juga terdapat pada diri para sahabatnya. Sahabat Abu Musa Al-Asy’ariy -radhiyallahu anhu- berkata,
مَرِضَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاشْتَدَّ مَرَضُهُ فَقَالَ مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ قَالَتْ عَائِشَةُ إِنَّهُ رَجُلٌ رَقِيقٌ إِذَا قَامَ مَقَامَكَ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ قَالَ مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ فَعَادَتْ فَقَالَ مُرِي أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ فَإِنَّكُنَّ صَوَاحِبُ يُوسُفَ فَأَتَاهُ الرَّسُولُ فَصَلَّى بِالنَّاسِ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah sakit dan sakitnya parah. Beliau bersabda, “Perintahkan Abu Bakr agar ia mengimami manusia”. A’isyah berkata, “Dia (Abu Bakar) itu orang yang lembut hatinya (yakni, mudah menangis). Bila ia berdiri pada posisimu (sebagai imam), maka ia tak akan mampu mengimami manusia”. Beliau bersabda, “Perintahkan Abu Bakr agar ia mengimami manusia”. Lalu A’isyah mengulangi (ucapannya). Beliau bersabda lagi, “Perintahkan Abu Bakr (wahai A’isyah) agar ia mengimami manusia. Sesungguhnya kalian itu adalah wanita-wanita (yang ada di zaman) Nabi Yusuf”. Rasul akhirnya mendatangi Abu Bakr, lalu Abu Bakr pun memimpin manusia sholat di saat Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- masih hidup”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Al-Adzan (no. 674) dan Muslim dalam Kitab Ash-Sholah (947)]

Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbaliy -rahimahullah- berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa menangis karena takut kepada Allah dalam sholat tidaklah membahayakan sholat, bahkan menghiasinya. Karena, khusyu’ adalah perhiasan sholat”. [Lihat Fathul Bari (5/134) karya Ibnu Rajab]

Tak heran bila para sahabat (semisal, Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan lainnya) mudah menangis dalam sholat, sebab mereka mentadabburi ayat-ayat yang mereka baca sehingga meraih khusyu’.

Demikianlah kondisi para sahabat yang mulia. Jangankan dalam sholat, di luar sholat saja mereka biasa menangis bila memikirkan nasib mereka di akhirat.

Hati mereka bergetar dan takut ketika diingatkan tentang Allah. Merekalah orang-orang yang Allah telah pilihkan untuk menemani rasul-Nya. Allah –Azza Wa Jalla-berfirman,
{أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا (58)} [مريم: 58]
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”.(QS. Maryam: 58)

Merekalah orang-orang yang beruntung, sebab mereka telah takut sebelum berjumpa dengan hari yang penuh kesusahan dan ketakutan terhadap adzab Allah.

Hari-hari di dunia mereka manfaatkan dalam memperbanyak tangisan sebelum datangnya hari yang dipenuhi tangisan darah dalam neraka.

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِنَّ أَهْلَ النَّارِ لَيَبْكُوْنَ حَتَّى لَوْ أُجْرِيَتِ السُّفُنُ فِيْ دُمُوْعِهِمْ لَجَرَتْ ، وَإِنَّهُمْ لَيَبْكُوْنَ الدَّمَ يَعْنِيْ مَكَانَ الدَّمْعِ
“Sesungguhnya penduduk neraka benar-benar akan menangis sampai andaikan perahu-perahu dijalankan pada air mata mereka, niscaya akan berjalan. Sesungguhnya mereka akan menangis darah, yakni sebagai ganti air mata”. [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrok ala Ash-Shohihain (4/245). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 1679)]


Semoga Allah menjadikan kita tergolong orang-orang yang senantiasa melelehkanair mata iman karena takut kepada-Nya, bukan orang-orang yang lalai dengan segala hiruk pikuk dunia dan berlumuran dengan segala maksiat sehingga tak ada lagi yang dituai, selain penyesalan dan tangisan yang tiada guna di akhirat.

https://abufaizah75.blogspot.co.id/

Minggu, 03 Desember 2017

KEMULIAAN WAKAF DAN AMALAN JARIYAH

KEMULIAAN WAKAF DAN AMALAN JARIYAH
➖➖➖➖➖
بسم الله الرحمن الرحيم

 Wakaf termasuk amal ibadah Jariyah yang paling mulia bagi kaum muslim. Pahala amalan ini bukan hanya dipetik ketika pewakaf masih hidup, tetapi pahalanya juga tetap mengalir terus, meskipun pewakaf telah meninggal dunia. Bertambah banyak orang yang memanfaatkannya, bertambah pula pahalanya; terlebih bila wakaf ini untuk kepentingan pendidikan dinul Islam semua akan dipetik oleh pekawakafnya besok pada hari kiamat.

📜 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

🌿 Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. [Ali Imran:92].

👤 Dari Abu Hurairah Radiallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

🕌 Sehubungan dengan rencana pembebasan lahan untuk sarana Masjid dan Pesantren, seluas 787 M² (Samping Masjid dan Pesantren Ar-Risalah Kendar, maka Kami dari Yayasan/Pesantren Ar-Risalah Kendari memberi kesempatan kepada Anda para pemerhati kebaikan guna berpartisipasi dalam kebaikan yang mulia ini untuk Ber-Ta'awwun (Tolong menolong diatas kebaikan dan ketaqwaan) pada jalur wakaf dengan rincian harga tanah Rp.953.000/M². Besaran wakaf sesuai kemanpua.

*Bagi kaum muslimin yang ingin ber Wakaf, dananya bisa disalurkan melalui rekening Bank : BNI Syariah 048-249-0856 a.n. Pendidikan dan Dakwah Ar-Risalah*
Kode transfer ATM bersama 009

Konfirmasi transfer:
Nur Halim (Abu Aida) 0852-4167-8231 atau Klik http://bit.ly/Konfirmasi_Transfer_Dana
Yusran (Abu Dzaki) 0852-4158-0108 atau Klik http://bit.ly/Konfirmasi_Transfer_Dana_2

🎙 Berikut tautan untuk mengunduh rekaman Khutbah Jum'at: "Keutamaan Waqaf dan Amalan Jariyah" yg disampaikan pada Jum'at 22 Shafar 1437/4 Des 2015 di Masjid As-Sunnah Makassar :
http://dzulqarnain.net/keutamaan-waqaf-dan-amalan-jariyah-2.html

🎁 Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan rezeki yang berberkah kepada kaum muslimin sekalian serta limpahan karunia harta di atas kebaikan..

Kami ucapkan, Jazakumullahu Khairan

Silahkan disebar, semoga menjadi pintu kebaikan bagi kita semua

Sabtu, 02 Desember 2017

Peringatan Keras tentang Bahaya Dunia Perdukunan

Peringatan Keras tentang Bahaya Dunia Perdukunan
((تَنْبِيْهُ الْجَهَلَةِ مِنْ أَخْطَارِ الْكَهَنَةِ))

Oleh :
Ust. Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc.
hafizhahullah-

Al-Kahanah ‘Perdukunan’ telah dikenal oleh umat manusia sejak dahulu kala.

Di zaman para nabi dan rasul, mereka telah ada bahkan mereka menjadi musuh dakwah tauhid yang dilancarkan oleh para nabi dan rasul.

Sebab, mereka (para dukun alias paranormal), biasanya adalah orang-orang yang bekerjasama dengan para setan dari kalangan jin.

Sedang para nabi dan rasul memberantas kesyirikan, termasuk diantaranya perdukunan yang menggunakan jin dan mengaku tahu perkara gaib. Di dalamnya, mereka melakukan ke-syirik-an (menduakan Allah dengan makhluk-Nya) dalam ibadah dan ketaatan.

Dunia perdukunan terus berkembang pesat, seiring dengan jauhnya manusia dari agama Islam yang menyerukan tauhid dan membasmi syirik.

Perkembangan dunia perdukunan di zaman ini jauh lebih menghebohkan, karena para dukun pandai mengelabui manusia dengan menggunakan nama-nama keren lagi memikat, seperti mereka biasa menyebut diri dengan"orang pintar""paranormal""tabib yang menyembuhkan semua penyakit".

Lebih ganas lagi, mereka sekarang mulai menggunakan gelar "kiai", lalu membalut kepala mereka dengan serban sambil menggunakan pakaian koko atau gamis panjang. Semua ini tentu akan menipu kaum awam yang memiliki pemahaman agama yang dangkal.

Dahulu, orang-orang menganggap dukun dan perdukunan adalah sebuah perkara yang tabu.


Kini, mereka menjadi selebriti dan pekerjaan mereka menjadi "alternatif akhir" bagi kaum awam dalam dunia pengobatan.

Kesan positif juga semakin tersemat pada mereka, karena merebaknya praktik ruqyah yang dilakoni oleh para dukun dan selain dukun, sehingga masyarakat tidak bisa membedakan antara dukun dan selainnya.

Walaupun ruqyah adalah perkara yang disyariatkan dalam agama. Tapi, kini banyak dukun yang berkedokruqyah.

Usut punya usut, ternyata si dukun ini melakukan praktik perdukunan yang melanggar agama dalam ruqyah-nya, misalnya menggunakan jampi yang tidak dimengerti maknanya, membalik ayat-ayat Al-Qur'an, menulis ayat atau dzikir dengan menggunakan najis dan sebagainya.

Para pembaca yang budiman, mungkin ada diantara kita yang bertanya, "Apa dan siapa sih dukun itu?".

Menjawab hal ini, Al-Imam Ibnul Atsir Al-Jazariy -rahimahullah- berkata,
"الكاهِنُ: الَّذِي يَتَعاطَى الخَبَر عَنِ الكائِنات فِي مُسْتَقْبَل الزَّمَانِ، ويَدَّعي مَعْرِفَةَ الأسْرار. وَقَدْ كَانَ فِي الْعَرَبِ كَهَنة، كَشِقّ، وسَطِيح، وغيرِهما، فَمِنْهُمْ مَنْ كَانَ يَزْعمُ أَنَّ لَهُ تابِعاً مِنَ الجِنّ وَرَئِيًّا يُلْقِي إِلَيْهِ الْأَخْبَارَ،
وَمِنْهُمْ من__كَانَ يَزْعمُ أَنَّهُ يَعْرِف الْأُمُورَ بمُقَدِّمات أسْباب يَسْتَدلُّ بِهَا عَلَى مَواقِعها مِنْ كَلَامِ مَن يَسأله أَوْ فِعْلِه أَوْ حَالِهِ، وَهَذَا يَخُصُّونه بِاسْمِ العَرَاف، كَالَّذِي يَدَّعِي مَعْرِفَةَ الشَّيْءِ المَسْروق، وَمَكَانِ الضَّالَّة وَنَحْوِهِمَا." اهـ من النهاية في غريب الحديث والأثر (4/ 214-215)
"Dukun adalah orang yang melakukan pemberitaan tentang perkara-perkara yang akan terjadi di masa akan datang dan mengaku tahu perkara yang rahasia (gaib). Sungguh dahulu di kalangan bangsa Arab, para dukun telah ada, semisal Syiqq, Sathih dan selainnya. Diantara mereka ada yang mengaku punya pengikut dan khadam (pelayan) dari kalangan jin yang akan menyampaikan berita kepadanya. Diantara para dukun ada yang mengaku bahwa ia akan mengetahui perkara-perkara dengan sebab-sebab terdahulu yang ia jadikan sebagai petunjuk tentang tempat-tempatnya dari ucapan orang yang ia tanyai, atau dari perbuatannya dan kodisinya. Orang yang seperti ini, manusia khususkan baginya dengan sebutan "arrof" (peramal), seperti orang yang mengaku tahu tentang barang yang dicuri, barang hilang dan sejenisnya". [Lihat An-Nihayah fi Ghorib Al-Hadits(4/214-215)]

Dukun dalam perjalanannya –sebagaimana yang kami telah utarakan- mengalami perkembangan.

Kini, banyak diantara mereka juga merambah ke dunia medis dengan berkedok istilah "pengobatan alternatif".

Karenanya, jangan sampai kita cepat terpengaruh dengan istilah itu, lalu lari ke dukun.

Tapi perhatikanlah hakikat praktik dan perbuatan mereka. Banyak diantara mereka menggunakan mantra-mantra kesyirikan atau jampi-jampi yang tak bisa dimengerti, serta bekerjasama dengan jin. Sebab mereka adalah kaum yang memiliki jiwa yang busuk dan buruk.

Penampilan lain dari dunia perdukunan, sesuatu yang kita kenal pada hari ini dengan "astrologi" (ilmu ramalan bintang) alias “zodiak”.

Ilmu perdukunan yang satu ini, juga banyak menyesatkan manusia, sebab ia mulai menggunakan sarana dan teknologi canggih dan merambah ke dunia maya (internet) dan dunia komunikasi, seperti telepon, HP, surat kabar, majalah dan sebagainya.

Ketahuilah bahwa ilmu ramalan bintang itu adalah ilmu sesat!! Ilmu yang diingkari dalam syariat, sebab tidak makhluk yang meramalkan sesuatu yang akan terjadi di hari esok berupa kejadian dan peristiwa, atau penyakit dan musibah.

Al-Imam Abu Sulaiman Al-Khoththobiy -rahimahullah- berkata,
"الكهان فيما علم بشهادة الامتحان: قوم لهم أذهان حادة ونفوس شريرة، وطبائع نارية، فهم يفزعون إلى الجن في أمورهم، ويستفتونهم في الحوادث، فيلقون إليهم الكلمات." اهـ من تيسير العزيز الحميد في شرح كتاب التوحيد الذى هو حق الله على العبيد (ص: 347)
"Dukun –menurut sesuatu yang telah dimaklumi berdasarkan hasil eksperimen- adalah kaum yang memiliki perasaan yang tajam, jiwa yang buruk dan tabiat yang panas. Mereka selalu kembali kepada jin dalam berbagai urusan mereka, dan meminta saran kepada mereka tentang beberapa peristiwa, lalu para jin pun menyampaikan ucapan-ucapan (wangsit) kepada mereka". [Lihat Taisir Al-Aziz (hal. 347)]

Ketahuilah bahwa para jin tak akan mau menjadi pelayan manusia dalam segala hajatnya, melainkan jin akan meminta tumbal dan ganjarannya.

Lantaran itu, para dukun pun akhirnya siap diperbudak oleh para jin, tanpa sadar, sehingga apapun yang diminta oleh para jin, walaupun itu adalah perkara yang melanggar syariat, maka para dukun siap memenuhinya, demi mendapatkan sesuatu yang ia  inginkan dari para setan jin itu, berupa sihir dan berita-berita gaib yang sudah bercampur dengan kebatilan dan kedustaan.

Akhirnya, para dukun pun ikut dusta, sebagaimana para jin yang mereka kultuskan berdusta dalam mengabarkan perkara-perkara gaib yang terkait kejadian masa lalu dan masa mendatang.

Para jin yang buruk lagi pendusta, tidak akan turun, melainkan kepada manusia yang buruk lagi pendusta (seperti : dukun, paranormal dan peramal), sebagaimana halnya malaikat yang baik lagi jujur tidak akan turun, melainkan kepada para nabi dan rasul yang baik lagi jujur dalam ucapan dan perbuatannya.

Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
{هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ (221) تَنَزَّلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ (222) يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ (223)} [الشعراء: 221 - 223]
"Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan- syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta". (QS. Asy-Syu'araa' : 221-223)

Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata,
"وَإِنَّمَا يَنْزِلُونَ عَلَى مَنْ يُشَاكِلُهُمْ وَيُشَابِهُهُمْ مِنَ الْكُهَّانِ الْكَذَبَةِ." اهـ من تفسير ابن كثير ت سلامة (6/ 172)
"Para setan hanyalah turun kepada orang-orang yang semisal dan serupa dengannya dari kalangan para dukun yang pendusta". [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim(6/172), cet. Dar Thoibah]

Oleh karena itu, kita amat heran dengan sebagian orang yang berseliweran ke  tempat-tempat praktik para dukun. Setiap ada masalah, pasti ke dukun. Setiap mau kenaikan pangkat, pergi ke dukun. Setiap sakit, pergi ke dukun.

Bahkan ada sebagian orang, bila mau mencalonkan diri sebagai pejabat, maka ia pasti datang ke dukun demi meminta berkah, restu dan doa. Subhanallah, alangkah jahilnya mereka tentang Islam! Apakah para dukun itu adalah tuhan yang mengatur segala urusan. Apakah para dukun adalah tuhan yang mampu melakukan segala sesuatu.

Andaikan para dukun itu mampu melakukan segala sesuatu dan mampu mengatur alam semesta ini, maka pasti mereka akan mengatur nasib mereka sendiri, agar selanjutnya tidak lagi mengharapkan dan merogoh harta benda dan uang-uang kalian.

Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda dalam mengancam orang yang mendatangi para dukun dan peramal,
« مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً»
"Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu ia bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka sholatnya tak akan diterima selama 40 hari". [HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 2230)]

Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy -rahimahullah- berkata,
"أَمَّا الْعَرَّافُ فَقَدْ سَبَقَ بَيَانُهُ وَأَنَّهُ مِنْ جُمْلَةِ أَنْوَاعِ الْكُهَّانِ." اهـ من شرح النووي على مسلم (14/ 227)
"Adapun arrof (peramal), sungguh telah lewat penjelasannya, dan bahwa ia adalah termasuk golongan para dukun". [Lihat Al- Minhaj Syarh Shohih Muslim(14/227)]

Bahkan Rasulullah -Shollallahu 'alaihi wasallam-bersabda,
مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Barang siapa yang mendatangi dukun atau arraf (peramal) lalu membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad". [HR. Ahmad dalam Musnad-nya (2/429/no.9532), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok(1/8/no.15), Al Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubro(7/198/no.16274), dan di-shahih-kan oleh Syaikh Al Albaniy dalam Shohih At-Targhib (3047)]

Maksudnya, ia telah mengingkari ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad -Shollallahu 'alaihi wasallam- berikut ini,
{قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ} [النمل: 65]
"Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan".(QS. An-Naml: 65)

Para pembaca yang budiman, dua hadits di atas menerangkan kepada kita bahwa mendatangi dukun adalah perbuatan melanggar agama!

Bagaimana tidak, sedang para dukun itu pada hakikatnya adalah wali-wali dan perantara setan yang akan menyesatkan manusia dari jalan yang lurus.

Al-Allamah Syaikh Abdul Aziz bin Baaz -rahimahullah- berkata,
"فلا يجوز للمريض أن يذهب إلى الكهنة الذين يدَّعون معرفة المغيبات ليعرف منهم مرضه، كما لا يجوز له أن يصدقهم فيما يخبرونه به فإنهم يتكلمون رجماً بالغيب، أو يستحضرون الجن ليستعينوا بهم__على ما يريدون، هؤلاء حكمهم الكفر والضلال إذا ادعوا علم الغيب." اهـ من حكم السحر والكهانة وما يتعلق بها (ص: 4_5) للشيخ عبد الزيز بن باز
"Tidak boleh bagi orang yang sakit untuk mendatangi para dukun yang mengaku tahu perkara gaib agar si sakit dapat mengetahui penyakitnya dari mereka, sebagaimana halnya tak boleh baginya membenarkan para dukun dalam sesuatu yang mereka kabarkan. Karena mereka itu berbicara dengan menerka perkara gaib atau mereka menghadirkan para jin demi meminta pertolongan atas perkara yang mereka hendaki. Para dukun ini, urusan mereka adalah kekafiran dan kesesatan. Sebab mereka mengaku tahu perkara-perkara gaib". [Lihat Hukm As-Sihr wal Kahanah (hal. 4-5) oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baaz]

Para dukun dalam menjalankan aksinya, mereka bekerjasama dengan setan dari kalangan jin dalam mengetahui perkara gaib.

Ada juga yang tidak bekerjasama dengan jin, tapi ia dasari semua ramalannya dengan prasangka dan perasaan saja, sehingga terkadang ia benar, dan seringnya salah! Golongan ini adalah pendusta besar yang berusaha menandingi Allah Yang mengetahui perkara gaib.

Mengaku tahu perkara gaib merupakan kekafiran, sebab tidak ada yang mengetahuinya, selain Allah -Azza wa Jalla-, berdasarkan ayat di atas dan lainnya.

Lantaran itu, para ulama mengafirkan para dukun dari sisi ini, walaupun ia tidak bekerjasama dengan jin.

Nah, bagaimana lagi bila ia menjalin hubungan dengan jin dan diperbudak oleh jin serta takut kepada jin. Jelas  ini adalah kekafiran!

Adapun orang yang mendatangi dukun, maka para ulama juga telah merinci perkara ini.

Bila ia datang bertanya, tanpa membenarkannya, maka perbuatannya adalah dosa besar. Tapi bila ia membenarkan ucapan dukun, maka ia kafir.

Syaikh Sulaiman bin Abdillah Alusy Syaikh An-Najdiy -rahimahullah- berkata saat mengomentari hadits di atas,
"وظاهر الحديث أنه يكفر متى اعتقد صدقه بأي وجه كان، لاعتقاده أنه يعلم الغيب، وسواء كان ذلك من قِبَل الشياطين، أو من قِبَل الإلهام لا سيما وغالب الكهان في وقت النبوة إنما كانوا يأخذون عن الشياطين." اهـ من تيسير العزيز الحميد في شرح كتاب التوحيد الذى هو حق الله على العبيد (ص: 338)
"Lahiriah hadits ini menerangkan bahwa ia (orang yang datang ke dukun) adalah kafir, bila ia meyakini kebenaran dukun dengan segala bentuknya. Sebab, ia meyakini bahwa si dukun mengetahui perkara gaib. Sama saja apakah hal itu (yakni, pengakuan dukun) dari arah setan atau dari sisi ilham. Terlebih lagi, mayoritas dukun di zaman kenabian, mengambil (keterangan) dari para setan". [Lihat Taisir Al-Aziz Al-Hamid (hal. 338), tahqiqMuhammad Aiman As-Salafiy, cet. Dar Alam Al-Kutub, 1419 H]

Perdukunan bukanlah jalan orang-orang sholih, bahkan ia adalah jalan dan metode yang digunakan oleh para wali setan dan penyembahnya.

Karenanya, Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-berlepas diri dari orang yang melakukan perdukunan dalam sabdanya,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ وَلا تُطُيِّرَ لَهُ، وَلا تَكَهَّنَ وَلا تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ
"Bukanlah termasuk dari golongan kami orang yang ber-tathoyyur (merasa sial dengan suatu hari atau tempat) atau di-tathoyyur-kan, orang yang melakukan perdukunan atau didukunkan dan orang yang menyihir atau disihirkan". [HR. Al-Bazzar dalam Al-Bahr Az-Zakhkhor (no. 3578) dan Ath-Thobroniy dalam Al-Mu'jam Al-Kabir (no. 355). Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Ishlah Al-Masajid (hal. 116)]

Jadi, hendaknya seorang mukmin waspada dengan praktik perdukunan yang merebak di berbagai tempat dan media.

Sebab, ia adalah perkara yang amat diingkari oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para sahabatnya -radhiyallahu anhum-.


Dia adalah jalan yang mendatangkan kerusakan dan kesesatan bagi manusia.

https://abufaizah75.blogspot.co.id/

Minggu, 29 Oktober 2017

Keutamaan Anjing atas Sebagian Manusia yang Berakal

Keutamaan Anjing atas Sebagian Manusia yang Berakal
(تفضيل الكلاب على كثير ممن ارتدى الثياب)

Oleh :
Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc.
–hafizhahullah-

Sebuah keutamaan besar bagi manusia, Allah anugerahkan kepadanya akal yang mampu membedakan antara yang baik dan buruk.

Dengan akal, manusia punya kasih dan perasaan kepada sesama.

Akal itu membantu dirinya dalam memahami wahyu yang Allah turunkan kepada para nabi dan rasul. Akal ibarat pelita yang digunakan dalam mengarungi perjalanan yang diselimuti oleh kegelapan.

Manusia telah diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna. Andai seluruh makhluk berkumpul dan bekerja sama dalam menciptakan makhluk yang bernama "manusia", niscaya mereka tak mampu!!

Maha Suci Allah -Azza wa Jalla- yang telah berfirman dalam Surah At-Tiin: 4-6,
{لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (6) } [التين: 4 - 7]
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya".

Al-Imam Abu Abdillah Al-Qurthubiy -rahimahullah- berkata,
"فَهَذَا يَدُلُّكَ عَلَى أَنَّ الْإِنْسَانَ أَحْسَنُ خَلْقِ اللَّهِ بَاطِنًا وَظَاهِرًا، جَمَالَ هَيْئَةٍ، وَبَدِيعَ تَرْكِيبٍ الرَّأْسُ بِمَا فِيهِ، وَالصَّدْرُ بِمَا جَمَعَهُ، وَالْبَطْنُ بِمَا حَوَاهُ، وَالْفَرْجُ وَمَا طَوَاهُ، وَالْيَدَانِ وَمَا بَطَشَتَاهُ، وَالرِّجْلَانِ وَمَا احْتَمَلَتَاهُ." اهـ من تفسير القرطبي (20/ 114)
"Ini menunjukkan kepada anda bahwa manusia adalah makhluk Allah yang paling bagus secara batin dan lahiriahnya; dalam hal keindahan postur tubuhnya, kehebatan susunannya beserta sesuatu yang ada padanya, dada beserta sesuatu yang ia kumpulkan, perut beserta kandungannya, kemaluan beserta sesuatu yang ia kandung, kedua tangan beserta sesuatu yang ia pegang, dan kaki beserta sesuatu yang ia bawa". [Lihat Al-Jami' li Ahkam Al-Qur'an (20/114), karya Al-Qurthubiy,takhrij  Dr. Mahmud Hamid Utsman, cet. Dar Al-Hadits, 1416 H]


Dengan segala bentuk kesempurnaan dan anugerah Allah kepada manusia, namun sayangnya banyak manusia yang merendahkan dirinya dengan berbagai maksiat dan pelanggaran yang ia lakukan.

Semula ia diberi kemuliaan penciptaan dan fitrah oleh Allah -Azza wa Jalla-, tapi ia campakkan semua itu sehingga dirinya bukan lagi makhluk yang termulia, bahkan ia makhluk yang terhina dan paling rendah.

Saking rendahnya, ia lebih redah dibandingkan hewan-hewan yang tidak diberi akal.

Allah –azza wa jalla- berfirman,
{وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُون} [الأعراف: 179]
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A'raaf : 179)

Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata,
"يَعْنِي: لَيْسَ يَنْتَفِعُونَ بِشَيْءٍ مِنْ هَذِهِ الْجَوَارِحِ الَّتِي جَعَلَهَا اللَّهُ سَبَبًا لِلْهِدَايَةِ." اهـ من تفسير ابن كثير ت سلامة (3/ 513)
"Maksudnya, mereka tidak mengambil manfaat dari organ-organ tubuh tersebut yang telah dijadikan oleh Allah sebagai sebab untuk mendapatkan hidayah". [LihatTafsir Ibnu Katsir (3/513), tahqiq Sami bin Muhammad Salamah, cet. Dar Thoibah, 1420 H]

Bila seseorang yang tidak menggunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah, matanya tak digunakan membaca ayat Allah dan telinganya tak digunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah, maka orang yang seperti ini akan menjadi orang-orang yang jauh dari kebenaran dan tak akan mendapatkan hidayah dari allah -Azza wa Jalla-.

Orang yang seperti ini ibarat binatang yang tidak memiliki hati yang digunakan untuk berpikir. Bahkan lebih buruk dibandingkan binatang, karena ia telah diberi hati, mata dan telinga, namun semua itu tidak digunakan dalam mencari keridhoan Allah -Azza wa Jalla-.

Mungkin anda pernah bertemu dengan orang yang seburuk ini. Ia memiliki hati, namun hatinya tak digunakan mentadabburi ayat-ayat dan sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, bahkan ia gunakan untuk memikirkan perkara-perkara yang terlarang.

Hatinya bukan digunakan untuk memikirkan dan menghafal ayat-ayat, tapi dipakai menyimpan dan menghafal lagu-lagu yang dimurkai oleh Allah.

Dia gunakan untuk memikirkan wanita lain yang bukan mahramnya!!

Orang-orang semodel ini memiliki mata, tapi bukan digunakan untuk membaca dan mentadabburi hal-hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya. Namun ia pakai melihat aurat wanita.

Dia punya pendengaran, namun ia penuhi pendengarannya dengan musik. Padahal telah diketahui bersama bahwa musik dalam syariat Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- adalah perkara yang diharamkan.

Fenomena banyaknya manusia yang tak menggunakan akal, mata dan pendengarannya serta organ-orang tubuh yang lainnya dalam perkara-perkara yang dicintai oleh Allah, membuat orang-orang berakal sehat dari kalangan pengikut setia para rasul bergeleng-geleng kepala.

Tak heran bila ada seorang ulama yang bernama Muhammad bin Kholaf bin Al-Marzuban Al-Baghdadiy (wafat 309 H) menulis sebuah kitab yang berjudul"Fadhl Al-Kilaab ala Katsirin mimman Labitsa Ats-Tsiyaab" (Keutamaan Anjing atas Kebanyakan Orang yang Menggunakan Pakaian).

Beliau menjelaskan beberapa perkara yang menunjukkan keutamaan anjing yang merupakan binatang yang paling hina dan menjijikkan dibandingkan kebanyakan manusia-manusia lalai yang tak menggunakan akal sehatnya.

Bila seseorang memperhatikan anjing, maka ia akan mendapati bahwa anjing itu amat penyayang kepada majikannya dibandingkan seorang ayah terhadap anaknya.

Lihatlah anjing bila ia menjaga majikannya dan keluarganya, ia ada atau tidak, ia tidur atau terjaga, anjing tak akan teledor dari tugasnya, walaupun terkadang sang majikan berbuat kasar kepadanya; ia tak akan menghinakan majikannya, walapun si majikan menghinakannya.

Bila dibandingkan dengan manusia-manusia di zaman ini, maka kita akan malu di hadapan anjing. Sebab, berapa banyak orang diantara kita bila diberi amanah, namun ia akan berbuat curang dan khianat kepada atasan atau orang yang memberinya amanah sehingga muncullah istilah "pagar makan tanaman" atau"jeruk makan jeruk".

Dari sinilah bermunculan aksi korupsi, pencurian, pemerkosaan anak kandung dan sederet pengkhianatan lainnya!!

Para pembaca yang budiman, diantara sifat anjing, ia senantiasa takut kepada majikannya.

Begitulah sifat orang-orang sholih yang selalu takut kepada Allah, Sang Pemilik alam semesta.

Sementara kebanyakan manusia lalai diantara kita, ia tak pernah takut kepada Allah!! Dengan bebasnya ia bergumul dalam maksiat.

Tak ada rasa takut bila ia berbuat syirik, kekafiran dan pelanggaran lainnya. Rumah-rumah bordir dan diskotik dipenuhi oleh manusia yang berakal, namun hati dan akalnya tak berfungsi. Na'udzu billah…

Anjing tidaklah memiliki rumah, selain rumah majikannya.
Ini merupakan symbol kuatnya tawakkal mereka. Sifat tawakkal inilah yang layak kita contoh dari mereka.

Binatang saja bisa bertawakkal, mengapa kita sebagai manusia tak mampu bertawakkal kepada Allah?

Karenanya, seorang mukmin selayaknya berusaha mencari penghidupan untuk diri dan tanggungannya sambil menyandarkan urusan kepada Allah.

Bila berusaha mencari rezeki, lalu gagal, maka seorang yang bertawakkal tak sepantasnya frustasi, apalagi stres atau bahkan bunuh diri!!!

Dunia hanyalah sementara bagi orang-orang beriman untuk memetik bekal menuju akhirat. Orang jadi miskin atau gagal dalam urusan dunia, bukanlah tolok ukur bahagia tidaknya seseorang di sisi Allah.

Sifat lain yang dimiliki anjing, ia tidak tidur di malam hari, kecuali sedikit.

Demikian itulah sifat orang-orang yang menginginkan kebaikan dan pahala.

Di malam hari, ia bangun melaksanakan sholat tahajjud, sementara manusia tertidur lelap. Di siang hari ia bekerja dan beribadah.

Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
{كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ } [الذاريات: 17]
"Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam". (QS. Adz-Dzariyaat : 17)

Begitulah kehidupan Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para sahabat, sedikit tidur demi menghambakan diri di hadapan Allah.

Bukan seperti kebanyakan manusia di zaman ini, mereka banyak tidurnya dibandingkan ibadahnya.

Ada juga diantara mereka yang sedikit tidurnya, namun ia bukan begadang untuk kebaikan akhiratnya.

Dia begadang dalam maksiat dan perbuatan sia-sia, seperti mereka yang menghabiskan malamnya ngobrol (lewat telepon, SMS,  chating dan sejenisnya) dengan lawan jenisnya demi mengumbar syahwat.

Matanya mampu terbelalak dan menangis karena godaan kekasih. Sementara matanya tak pernah menangis karena takut kepada Allah.

Sifat lain bagi anjing, ia tidak mewariskan apapun bagi keturunannnya bila ia mati.

Dari sini ada isyarat tentang sifat zuhud. Sebab, seorang yang zuhud senantiasa memperhatikan dan mengutamakan kebaikan yang ia akan raih di negeri akhirat dibandingkan kepentingan duniawinya, sehingga ada sebagian diantara mereka yang tidak meninggalkan apapun untuk keluarga dan anak-anaknya, kecuali Allah -Azza wa Jalla-, seperti yang dialami oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan sebagian sahabat -radhiyallahu anhum-.

Para pembaca yang budiman, anjing juga memiliki sifat kesetiaan yang tinggi.

Ini terlihat bila majikannya berbuat apapun, maka ia tak akan meninggalkannya, walaupun si majikan berbuat kasar dan memukulnya.

Ini adalah sifat setia dan sabar yang terdapat pada diri anjing. Berbeda dengan sebagian orang yang ada di zaman kita ini saat ia mencari suatu kebaikan dari seorang guru, lalu gurunya berbuat kasar dan tidak sopan –menurut penilaiannya-, maka ia akan lari dan gulung tikar, seraya membenci dan memusuhi gurunya.

Sifat qona'ah juga terdapat pada anjing.

Apapun yang kita berikan kepada anjing berupa makanan dan tempat, maka ia akan ridho.

Demikianlah selayaknya seorang yang tawadhu' dan qona’ah (merasa puas atas pemberian Allah), apapun yang Allah berikan kepada dirinya, walapun itu sedikit, maka ia selalu bersyukur.

Bila ia diberi banyak, maka ia tak pernah menyombongkan diri dan angkuh di hadapan hamba-hamba Allah.

Ketika anjing bersalah, lalu ia diusir dan pergi dari tempatnya, maka ia akan kembali ke tempatnya.

Ini adalah sifat orang-orang yang ridho dan setia. Lain halnya dengan manusia di zaman ini, bila ia bersalah, maka ia akan bertahan pada posisinya dan siap melakukan perlawanan dengan segala cara. Dia tidak pergi untuk berpikir, lalu meminta maaf kepada orang yang ia zhalimi dan berbuat salah kepadanya.

Ia sudah tahu dirinya bersalah, tapi tetap mencari-cari pembenaran dan keras kepala.

Kadang orang yang seperti ini pergi, bukan untuk berpikir dan kembali dalam keadaan sadar, tapi ia pergi demi menyusun strategi dan makar.

Adapun anjing, tak demikian halnya; ia akan pulang ke kandangnya dengan tenang dan pelan.

Keutamaan lain, bila anjing kita usir dan pukul, lalu dipanggil kembali, maka ia akan menyambut panggilan, tanpa rasa dendam.

Ini adalah sifat orang-orang yang patuh. Orang yang diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah, akibat maksiat yang ia lakukan, bila pada dirinya masih ada kebaikan, maka ia akan segera kembali kepada Allah -Azza wa Jalla- dan memohon ampunan-Nya, bukan semakin jauh dalam maksiatnya.

Oleh karenanya, seorang yang berakal saat ia bermaksiat, maka ia tidak boleh berpegang dengan prinsip konyol yang berbunyi "Terlanjur basah"!!

Tapi ia segera sadar dan berhenti. Ia berusaha memperbaiki diri dan mencari kekurangan dirinya.

Demikian pula seorang anak yang diusir oleh kedua orang tuanya, maka hendaknya jangan semakin menjauh dan durhaka, tapi hendaknya ia kembali kepada mereka untuk meminta maaf dan mencari keridhaannya, tanpa ada perasaan dendam kepada mereka, walaupun mereka pernah memukul dan menyakiti hati kita.

Apalagi orang tua biasanya berbuat demikian karena untuk kebaikan kita juga.

Perkara lain yang membuat kita takjub kepada anjing, bila waktu makan telah datang dan semuanya terhidang, maka ia akan duduk atau berada di tempat yang jauh demi mengharap sesuap nasi.

Begitulah ciri para masakin (orang-orang miskin), mereka selayaknya memiliki adab saat bertamu, bukan berbuat tak sopan dan melanggar tata krama.

Bahkan seorang miskin harus menjaga adab dan sifat malunya, jangan terlalu lancang sehingga orang pun akan jengkel kepadanya.

Sebagian orang-orang miskin kadang tidak memperhatikan waktu-waktu bertamu di sisi orang lain, misalnya : si miskin peminta-minta datang pada waktu-waktu istirahat, atau saat kedatangan tamu dan kerabat, dimana saat itu tuan rumah sibuk melayani tamu dan bercengkerama dengan para tamu.

Ada yang lebih parah dari itu, saat tuan rumah lalai, mereka manfaatkan waktu untuk mencuri!! Sudah miskin, kurang ajar lagi!!!

Anjing juga memiliki ketulusan kepada orang lain. Bila ada seorang yang datang dari suatu tempat, sambil membawa sesuatu, maka anjing itu akan menyertainya, tanpa melirik kepada barang bawaan orang itu.

Ini merupakan lambang ketulusan. Sifat ini seyogianya ada pada diri kaum muslimin.

Setiap kali ia menyertai orang lain dalam sebuah urusan atau perjalanan, maka semestinya ia selalu berlaku tulus dalam membantu urusannya.

Seorang mukmin hendaknya menghindari ungkapan "ada udang di balik batu".

Orang yang memegang ungkapan ini sebagai prinsip hidup, ia tak akan bekerja dengan tulus hati bersama kita.

Orang yang seperti ini tak layak jadi pendamping, apalagi menjadi pemimpin!!

Diantara keistimewaan anjing, ia mengenal pemiliknya serta tempat tinggalnya.

Inilah selayaknya sifat yang dimiliki oleh seorang hamba di hadapan Allah.

Dia selalu mengenal dan mengingat Rabb-nya, baik di kala ia susah, maupun senang serta sadar bahwa suatu saat ia akan kembali kepada Allah di akhirat.

Ia selalu mengingat kampung halamannya (negeri akhirat). Ia sadar bahwa ia akan pulang ke negeri kekal abadi, yang di dalamnya ada banyak kenikmatan dan kesenangan bagi mereka yang membawa bekal berupa pahala amal sholihnya.

Inilah sebagian sifat dan keistimewaan anjing yang terkadang sirna pada kebanyakan manusia yang lalai terhadap ketaatan kepada Penciptanya, Allah -Ta'ala-, sehingga anjing pun lebih mulia dibandingkan mereka. Nas'alullahal afiyah was salamah.

Sumber: https://abufaizah75.blogspot.co.id